Jumat, 28 September 2012

YUK! HEMAT LISTRIK

Hai.. hai.. Sahabat.
Kali ini aku mau cerita tentang betapa pentingnya menghemat energi listrik.
Ini  karena semalam di tempatku baru ada pemadaman bergilir dari jam 5 sampai sekitar jam 9 malam. Jadi semua orang di lingkungan sekitar aku pada gelap-gelapan, seperti kembali ke jaman sebelum listrik masuk desa. Hanya sebuah lilin atau lampu templok sebagai penerang sementara. Kira-kira seperti hari nyepi di Bali gitu. Gelap. 

Langsung saja kita ke T.K.P, eh salah...cerita maksudnya. :)
Kemarin sore begitu indah, berhias cahaya senja kemerah-merahan. Lalu lalang kendaraan di depan tempatku bekerja terlihat ramai, bebarengan dengan jam pulang siswa STM. Aku seperti biasa, tidak terlalu memperdulikan keadaan sekitar ketika sedang asyik bermain dengan tombol-tombol keyboard di hadapan ku. Tiba-tiba saja"gelap" alias mati lampu. Sepertinya tidak ada pemberitahuan dari pihak PLN tentang pemadaman bergilir di wilayah ku. Entahlah, mungkin aku saja yang ketinggalan informasi(he he). Sedikit bingung karena ada client yang sedang active memakai internet di tempatku kerja. Sedangkan aku nggak tahu sudah berapa menit para client memakai internet ketika tiba-tiba listrik padam. Alhasil, aku harus nanya satu-satu client. Ada yang bohong dosa.

Sebelumnya karena nggak tahu kalau sedang ada pemadaman, aku nunggu aja di warnet sambil mainan handphone. 1 menit berlalu, 10 menit lewat, 30 menit, wahhh bosan. Akhirnya aku putuskan untuk pulang karena setelah sekian lama nunggu nggak nyala juga. Sebenarnya juga sudah waktunya jam pulang sih, tapi partner ku kerja itu suka telat datang. Sampai dirumah baru ngeh kalau ada pemadaman bergilir(heehee). Desa ku itu bisa di bilang sepi, soalnya pas listrik nyala aja jam 8 malam pintu-pintu rumah sudah tertutup. Kalau suasana gelap gini double sepi jadinya. 

Mungkin kalau kita tidak terlalu berlebihan memakai energi listrik nggak akan ada pemadaman kaya gini. Nggak enak juga kan kalau gelap-gelapan?
Banyak dampak yang terjadi ketika kita terlalu banyak memakai sumberdaya listrik. Seperti global warming atau pemanasan global yaitu ketika suhu rata-rata yang ada di atmosfir, laut, dan daratan bumi meningkat. Memang sekarang ini saat siang hari terasa panas sekali, beda sama jaman aku masih TK, sepertinya tidak sepanas ini, bahkan dulu jam 1 siang anak-anak di desa ku itu sudah main layang-layang. Nah sekarang? nggak ada sama sekali.

Berikut dampak positif apabila kita berhemat listrik:

  1. Dengan menghemat energi listrik kita bisa menekan pemanasan global.
  2. Mengurangi konsumsi BBM hingga dua juta kilo liter. Sehingga kita tidak perlu demo, panas-panasan untuk memprotes pemerintah yang menaikkan harga BBM.
  3. Nggak perlu gelap-gelapan seperti semalam. he he
Dan masih banyak lagi manfaat kalau kita mau mengemat listrik.
So, nunggu apalagi, demi kebaikan kita di hari-hari yang akan datang mari hemat listrik mulai sekarang. Oh iya, sedikit info bahwa sekitar 35% warga Indonesia khususnya bagian timur belum mendapat pasokan listrik. Kalau kita masih saja egois menggunakan listrik, lalu dimana nurani kita saat melihat berita betapa kekurangannya saudara kita yang hidup di Indonesia Timur?

Yukk, hemat listrik biar nggak gelap lagi, eh.. maksudnya biar saudara kita kebagian listrik juga. matikan lampu kalau tidak sedang dipakai.
Sekian cerita ku, semoga menjadi bermanfaat, thanks ya sudah menyempatkan diri membacanya. ^^

Rabu, 05 September 2012

SINOPSIS NOVEL SEPATU DAHLAN



"Hidup, bagi orang miskin, harus dijalani apa adanya."(Dahlan Iskan)

Itulah petuah dahsyat dari sang inspirator "Dahlan Iskan" di halaman awal sebuah novel yang diangkat dari perjalanan hidupnya. Kisahnya berawal dari sebuah desa kecil di Magetan, Kebon Dalem. sebuah perkampungan kecil diantara perkebunan tebu yang mayoritas penduduknya hidup kekurangan. Tidak ada listrik ataupun fasilitas lainnya. Saat malam datang rumah-rumah itu hanya berhias lampu teplok yang tentunya tidak seterang lampu seperti zaman sekarang ini. Tiwul adalah makanan keseharian mereka karena hanya itu yang mampu mereka beli. Melihat pekerjaan mereka yang hanya nyabit, nguli, dan ngangon, memang sepertinya hanya itulah yang mampu mereka jangkau daripada beras.

Namun, semua itu tidak menyurutkan semangat Dahlan untuk tetap bersekolah. Meskipun setiap hari ia harus menempuh perjalanan jauh dengan bertelanjang kaki (nyeker). Selama bersekolah di SR -Sekolah Rakyat, sekolah SD jaman dahulu- Bukur, Madiun, Dahlan kecil tidak pernah merasakan nikmatnya memakai sepatu sampai hampir  lulus SMP. Banyak rintangan yang dia hadapi untuk membeli sepasang sepatu, bekas pun tak jadi masalah. Asal bisa dipakai dan nyaman di kaki. Setelah masuk di sebuah Madrasah Tsanawiyah di Pesantren Takeran, perjalanan pergi pulang dari pesantren yang jaraknya dua kali lipat dari jarak sekolahnya dahulu. Tak jarang kakinya melepuh bahkan lecet. 

Keluarga Dahlan Iskan sangatlah miskin bahkan untuk sarapan saja hanya secangkir teh. Terkadang Dahlan ataupun adiknya, bahkan bapaknya lebih sering mengikatkan sarung di perut untuk menahan lapar. Cukup membuat kita teringatkan akan kehidupan Rasulullah. Nasi tiwul plus sambel dan teri sudah cukup menjadi sebuah hidangan mewah buat mereka, yang sehari-harinya terkadang hanya bisa makan pisang rebus atau ubi. Zain adik Dahlan sempat terjatuh dari pohon kelapa, karena dari kemarin belum ada makanan yang mampir di perutnya.Pernah juga suatu ketika saat ibu Dahlan Iskan sakit dan harus dirawat di RS,Zain dan Dahlan lapar karena tidak ada makanan dirumah terpaksa ia mencuri tebu di kebun yang di jaga oleh mandor Komar. Namun, nasib baik sedang tidak berpihak ia tertangkap dan harus menanggung malu. Semenjak saat itu ia selalu berusaha tidak mencuri meskipun perut terus meronta minta di isi.  ia selalu mengingat kata-kata mbak Sofwati bahwa" kita boleh miskin harta, dik, tapi kita ndak boleh miskin iman."

Kehidupan Dahlan makin terpuruk setelah ditinggal oleh ibunya . Makin pupuslah harapannya untuk mendapatkan sepasang sepatu yang selalu diutarakan kepada ibunya. Lebih banyak kebutuhan yang mendesak dan sangat perlu dibandingkan sepasang sepatu membuat Dahlan harus merelakan tabungannya. Namun semua itu tak berpengaruh dengan prestasinya di sekolah. Bahkan dia menjadi kapten bola voli di sekolahnya. Di tahun kedua dia diangkat sebagai pengurus Ikatan Santri Pesantren Takeran melalui pemilihan.

lalu bagaimanakah kisah kehidupan Dahlan selanjutnya?

Yuk teman-teman baca kisahnya di novel mega best seller " SEPATU DAHLAN". Buku ini sudah tersedia di toko-toko buku maupun online. Bantu para saudara kita karena setiap Rp. 1.000,- dari penjualan buku ini akan di sumbangkann oleh Penerbit Noura Books pada Gerakan Sepatu untuk Anak Indonesia melalui Kick Andy Foundation. SELAMAT MEMBACA KISAHNYA YA? SEMOGA TERINSPIRASI.